-->
Tuesday 17 November 2020
Yossha Lucky!!

 “Aku selalu bahagia. Kenapa? Karena aku tak berharap apa-apa dari orang lain. Harapan itu menyakitkan, hidup itu singkat. Jadi nikmati saja hidupmu. Sebelum berbicara, cobalah mendengarkan. Sebelum menulis, cobalah berfikir. Sebelum menghabiskan uangmu, cobalah cari penghasilan. Sebelum menyakiti orang lain, cobalah rasakan penderitaan orang. Sebelum mati cobalah hidup” (William Shakespeare).

Setujukah kalian dengan pernyataan dari Shakespeare tersebut? Mungkin ada yang setuju, ada juga yang kurang setuju. Tapi kalau menurut saya sendiri itu cukup bisa untuk menggambarkan apa yang sebenarnya membuat kita bisa selalu berbahagia dan bisa memaknai kebahagian itu sendiri.

“Lalu menurutmu bahagia itu apa?”

Kalau makna atau arti dari bahagia itu luas dan bisa berbeda disetiap kehidupan kita. Karena kebahagiaan ada yang bersifat temporer dan juga ada yang bersifat permanen (maksudnya bisa dibilang inilah motto/semnagat hidup kita). Tapi memang rata-rata kebahagiaan adalah bersifat temporer.

Karena aku dulu waktu kecil, bahagia adalah ketika saat ulang tahun diberi kado oleh orang tua dan dapat berkumpul bersama. Karena ibuku adalah seorang TKW di luar negeri, jadi bisa berkumpul bersama saat ulang tahunku adalah sebuah kebahagiaan yang jarang terjadi.

Lalu ketika aku beranjak ke sekolah menengah pertama, arti bahagia adalah dapat pulang kampung saat liburan, karena saat itu aku berada di pondok pesantren, jadi momen liburan benar-benar membuatku amat bahagia. Bisa ke rumah, bertemu orang tua, bertemu teman, main game, ataupun tidur sepuasnya, hehehe. Karena di pesantren bisa dibilang sangat tegas dalam menekankan kedisiplinan bagi para santrinya. Sementara sekarang, bahagia adalah ketika gajian datang.

Ya memang seperti itulah makna kebahagian akan selalu “berevolusi” dalam kehidup kita. Tapi sekarang menurutku makna bahagia yang akan selalu aku tanamkan mulai sekarang adalah, “menerima diri ini apa adanya”. Tidak berbohong kepada diri sendiri yang akhirnya timbul kata “pencitraan” kepada orang lain. Menikmati fase yang sedang dijalani. Simple-nya adalah selalu bersyukur kepada Allah dengan semua apa yang sedang Allah berikan kepadaku. Karena sebelum aku mencoba untuk seperti itu, aku merasa hidup ini selalu tidak berpihak kepadaku.



Kenapa?
, karena apa yang aku inginkan justru tidak terjadi, yang akhirnya timbul sakit hati dan menyesal pada diri sendiri. Hampir selalu seperti itu, jadi selalu terbalik, apa yang tidak aku inginkan, justru terjadi. Apa yang aku inginkan dan mimpikan, justru tidak terlaksana. Dan itu membuat diriku seperti orang yang paling tidak beruntung di alam semesta.

Kejadian itu membuat aku berpikir banyak hal, menyalahkan diri sendiri, menyalahkan orang lain, bahkan pernah menyalahkan Allah (Astghfirullah, Jangan dicontoh ya seperti ini)

Ya itu karena aku tidak bersyukur dengan apa yang telah terjadi. Akhirnya aku mencoba untuk memperbaikinya, mencoba untuk berpikir bahwa diri ini harus selalu bersyukur dan aku sejauh ini bisa selalu berbahagia, tidak menyalahkan siapa pun, dan sekarang justru aku merasa seperti orang yang paling beruntung di alam semesta ini. YOSSHA LUCKY!.

Jujur waktu itu keinginan terbesarku adalah menjadi volunteer Asian Games 2018. Aku ajak juga teman-teman pesantrenku untuk ikut mendaftar. Karena kebetulan, waktu main event Asian Games nya, aku sudah lulus, jadi tak masalah aku mendaftar dan juga mengajak teman-temanku mendaftar. Sangat serius sekali aku. Aku yang mendaftarkan teman-temanku juga lewat pendaftaran online, aku beritahu terus info terbaru tentang Asian Games. Bagiku ini adalah peluang sekali seumur hidup bisa menjadi bagian dari Asian Games, apalagi aku baru lulus dari pesantren, jadi aku yakin dengan sedikit kemampuan bahasa asingku dan juga kemampuan untuk bekerja dalam tim. Semua temanku yang ikut mendaftar aslinya tidak begitu yakin bisa diterima, tapi aku selalu memberi mereka semangat. Dan saat pengumuman, kami semua lolos dan diminta untuk ikut tes selanjutnya. Dan disaat itulah keingananku tidak bisa dilanjutkan, karena mungkin sudah seperti itu jalannya. Aku sampai sedikit kecewa sama diriku, kecewa sama orang tuaku, dan juga bahkan aku sedikit kesal dengan teman-teman yang aku bantu untuk mendaftar, karena mereka bisa ikut dan sekarang memiliki banyak pengalaman. Bahkan aku selalu kesal ketika mendengar kata “Asian Games”. Tapi perlahan ternyata aku menyadari, mungkin itu bukanlah yang terbaik bagiku. Mungkin itu keinginanku, tapi itu bukan yang terbaik. Memang lama untuk bisa menerima ini semua. Tidak mudah. Aku mulai berubah saat temanku yang aku daftarkan bilang, “Eh, makasih ya, lu itu penyelamat hidup gua banget, kalo ga ada lu mungkin gua ga bisa ikut Asian Games dan punya banyak kenalan” Dan dari situ, aku hanya bisa bangga melihat teman-temanku itu yang sekarang memiliki banyak pengalaman dari keinginan yang sebenarnya ingin aku capai.

Disaat aku sedang kecewa dengan keinginanku yang tak kesampaen, ternyata aku diajak sama yayasan pesantrenku ke Palembang untuk memberikan motivasi kepada anak-anak sekolah, sekaligus mengenalkan buku yang aku tulis berjudul “Keajaiban Itu Nyata”. Ternyata inilah yang terbaik untukku. Mungkin ini bukanlah sebuah hal yang sangat wah ataupun cool, tapi inilah yang tepat buatku. Aku akhirnya justru bisa belajar banyak dari pengalamanku berbagi motivasi kepada anak-anak sekolah, dari kota sampai sedikit pelosok. Bukan hanya memberikan motivasi, tapi aku juga mendapatkan banyak cerita dari perjalanan itu. Aku belajar bahwa masih banyak anak-anak yang semangat belajar mengaji ataupun belajar ilmu pengetahuan dengan keadaan terbatas. Belajar dari cerita seorang bapak tua tentang kehidupan yang hanya sebuah perjalanan dan banyak terjadi hal-hal tak terduga. Sampai mengisi acara di salah satu Universitas Negeri ternama. Bagiku itu semua terasa tidak pernah terpikirkan oleh diriku. Tapi itulah yang aku dapat. Sesuatu yang terbaik bagiku menurut Allah. Dan begitulah hidup, terkadang kau berharap sesuatu, yang datang justru sebaliknya. Dan begitulah pula, aku memaknai terimalah dirimu apa adanya seperti itu. Karena bagiku bahagia itu adalah hal yang simple. Disaat kita bersyukur atas apa yang telah Allah berikan, dan selalu memiliki pandangan berbeda dari setiap masalah yang kita punya dan juga tidak selalu menyerah, maka Insya Allah, Allah akan memberikan yang terbaik untuk kita. Mungkin ini bukanlah cerita yang paling hebat, ataupun paling bagus, tapi disaat kita bisa menerima sebuah kejadian dan belajar dari kejadian itu, maka itu bisa menjadi sebuah cerita yang melegenda. YOSSHA LUCKY!.

“Jadilah dirimu sendiri, dan kau akan selalu bahagia”

Read more