Yossha Lucky!!
“Aku selalu bahagia. Kenapa? Karena aku tak berharap apa-apa dari orang lain. Harapan itu menyakitkan, hidup itu singkat. Jadi nikmati saja hidupmu. Sebelum berbicara, cobalah mendengarkan. Sebelum menulis, cobalah berfikir. Sebelum menghabiskan uangmu, cobalah cari penghasilan. Sebelum menyakiti orang lain, cobalah rasakan penderitaan orang. Sebelum mati cobalah hidup” (William Shakespeare).
Setujukah kalian dengan pernyataan dari Shakespeare
tersebut? Mungkin ada yang setuju, ada juga yang kurang setuju. Tapi kalau
menurut saya sendiri itu cukup bisa untuk menggambarkan apa yang sebenarnya
membuat kita bisa selalu berbahagia dan bisa memaknai kebahagian itu sendiri.
“Lalu menurutmu bahagia itu apa?”
Kalau makna atau arti dari bahagia itu luas dan bisa
berbeda disetiap kehidupan kita. Karena kebahagiaan ada yang bersifat temporer
dan juga ada yang bersifat permanen (maksudnya bisa dibilang inilah
motto/semnagat hidup kita). Tapi memang rata-rata kebahagiaan adalah bersifat
temporer.
Karena aku dulu waktu kecil, bahagia adalah ketika
saat ulang tahun diberi kado oleh orang tua dan dapat berkumpul bersama. Karena
ibuku adalah seorang TKW di luar negeri, jadi bisa berkumpul bersama saat ulang
tahunku adalah sebuah kebahagiaan yang jarang terjadi.
Lalu ketika aku beranjak ke sekolah menengah pertama,
arti bahagia adalah dapat pulang kampung saat liburan, karena saat itu aku
berada di pondok pesantren, jadi momen liburan benar-benar membuatku amat
bahagia. Bisa ke rumah, bertemu orang tua, bertemu teman, main game,
ataupun tidur sepuasnya, hehehe. Karena di pesantren bisa dibilang
sangat tegas dalam menekankan kedisiplinan bagi para santrinya. Sementara
sekarang, bahagia adalah ketika gajian datang.
Ya memang seperti itulah makna kebahagian akan selalu
“berevolusi” dalam kehidup kita. Tapi sekarang menurutku makna bahagia yang
akan selalu aku tanamkan mulai sekarang adalah, “menerima diri ini apa adanya”.
Tidak berbohong kepada diri sendiri yang akhirnya timbul kata “pencitraan”
kepada orang lain. Menikmati fase yang sedang dijalani. Simple-nya
adalah selalu bersyukur kepada Allah dengan semua apa yang sedang Allah berikan
kepadaku. Karena sebelum aku mencoba untuk seperti itu, aku merasa hidup ini
selalu tidak berpihak kepadaku.
Kenapa?, karena apa yang aku inginkan justru tidak terjadi, yang akhirnya timbul sakit hati dan menyesal pada diri sendiri. Hampir selalu seperti itu, jadi selalu terbalik, apa yang tidak aku inginkan, justru terjadi. Apa yang aku inginkan dan mimpikan, justru tidak terlaksana. Dan itu membuat diriku seperti orang yang paling tidak beruntung di alam semesta.
Kejadian itu membuat aku berpikir banyak hal,
menyalahkan diri sendiri, menyalahkan orang lain, bahkan pernah menyalahkan
Allah (Astghfirullah, Jangan dicontoh ya seperti ini)
Ya itu karena aku tidak bersyukur dengan apa yang
telah terjadi. Akhirnya aku mencoba untuk memperbaikinya, mencoba untuk
berpikir bahwa diri ini harus selalu bersyukur dan aku sejauh ini bisa selalu
berbahagia, tidak menyalahkan siapa pun, dan sekarang justru aku merasa seperti
orang yang paling beruntung di alam semesta ini. YOSSHA LUCKY!.
Jujur waktu itu keinginan terbesarku adalah menjadi volunteer
Asian Games 2018. Aku ajak juga teman-teman pesantrenku untuk ikut mendaftar.
Karena kebetulan, waktu main event Asian Games nya, aku sudah lulus,
jadi tak masalah aku mendaftar dan juga mengajak teman-temanku mendaftar.
Sangat serius sekali aku. Aku yang mendaftarkan teman-temanku juga lewat
pendaftaran online, aku beritahu terus info terbaru tentang Asian Games. Bagiku
ini adalah peluang sekali seumur hidup bisa menjadi bagian dari Asian Games,
apalagi aku baru lulus dari pesantren, jadi aku yakin dengan sedikit kemampuan
bahasa asingku dan juga kemampuan untuk bekerja dalam tim. Semua temanku yang
ikut mendaftar aslinya tidak begitu yakin bisa diterima, tapi aku selalu
memberi mereka semangat. Dan saat pengumuman, kami semua lolos dan diminta
untuk ikut tes selanjutnya. Dan disaat itulah keingananku tidak bisa
dilanjutkan, karena mungkin sudah seperti itu jalannya. Aku sampai sedikit
kecewa sama diriku, kecewa sama orang tuaku, dan juga bahkan aku sedikit kesal
dengan teman-teman yang aku bantu untuk mendaftar, karena mereka bisa ikut dan
sekarang memiliki banyak pengalaman. Bahkan aku selalu kesal ketika mendengar
kata “Asian Games”. Tapi perlahan ternyata aku menyadari, mungkin itu bukanlah
yang terbaik bagiku. Mungkin itu keinginanku, tapi itu bukan yang terbaik.
Memang lama untuk bisa menerima ini semua. Tidak mudah. Aku mulai berubah saat
temanku yang aku daftarkan bilang, “Eh, makasih ya, lu itu
penyelamat hidup gua banget, kalo ga ada lu mungkin gua
ga bisa ikut Asian Games dan punya banyak kenalan” Dan dari situ, aku hanya
bisa bangga melihat teman-temanku itu yang sekarang memiliki banyak pengalaman
dari keinginan yang sebenarnya ingin aku capai.
Disaat aku sedang kecewa dengan keinginanku yang tak kesampaen,
ternyata aku diajak sama yayasan pesantrenku ke Palembang untuk memberikan
motivasi kepada anak-anak sekolah, sekaligus mengenalkan buku yang aku tulis
berjudul “Keajaiban Itu Nyata”. Ternyata inilah yang terbaik untukku. Mungkin
ini bukanlah sebuah hal yang sangat wah ataupun cool, tapi inilah
yang tepat buatku. Aku akhirnya justru bisa belajar banyak dari pengalamanku
berbagi motivasi kepada anak-anak sekolah, dari kota sampai sedikit pelosok.
Bukan hanya memberikan motivasi, tapi aku juga mendapatkan banyak cerita
dari perjalanan itu. Aku belajar bahwa masih banyak anak-anak yang semangat
belajar mengaji ataupun belajar ilmu pengetahuan dengan keadaan terbatas.
Belajar dari cerita seorang bapak tua tentang kehidupan yang hanya sebuah
perjalanan dan banyak terjadi hal-hal tak terduga. Sampai mengisi acara di
salah satu Universitas Negeri ternama. Bagiku itu semua terasa tidak pernah
terpikirkan oleh diriku. Tapi itulah yang aku dapat. Sesuatu yang terbaik
bagiku menurut Allah. Dan begitulah hidup, terkadang kau berharap sesuatu, yang
datang justru sebaliknya. Dan begitulah pula, aku memaknai terimalah dirimu apa
adanya seperti itu. Karena bagiku bahagia itu adalah hal yang simple. Disaat
kita bersyukur atas apa yang telah Allah berikan, dan selalu memiliki pandangan
berbeda dari setiap masalah yang kita punya dan juga tidak selalu menyerah,
maka Insya Allah, Allah akan memberikan yang terbaik untuk kita. Mungkin
ini bukanlah cerita yang paling hebat, ataupun paling bagus, tapi disaat kita
bisa menerima sebuah kejadian dan belajar dari kejadian itu, maka itu bisa
menjadi sebuah cerita yang melegenda. YOSSHA LUCKY!.
“Jadilah dirimu sendiri, dan kau akan selalu bahagia”