Gue gak tau, penulis fiksinya yang kurang atau peminat novel fiksinya yang minim. Entahlah. Nah, atas dasar-dasar itulah disini gue mau ngasih sedikit tips nulis fiksi fantasi/ thriller. Walaupun gue juga masih belajar, paling enggak tips-tips ini bisa buat banyak orang sadar bahwa betapa seru dan menantangnya menulis sebuah karya fiksi. Ini dia tips-tipsnya yang gue rangkum dari beberapa sumber.
1. Memilih topik yang tepat.
Menurut gue di Indonesia ini pembaca novel itu kebanyakan remaja-dewasa, ya mungkin antara 18-30 tahunan. Jadi, pintar-pintarlah memilih topik yang kira-kira disukai oleh pembaca dengan range umur segitu. Tapi apapun itu, fiksi fantasi/thriller biasanya selalu identik dengan misteri. Entah itu tentang dunia lain, pembunuhan, pencurian, dll. Kenapa misteri? karena pada topik misteri ini, unsur kejutan di dalamnya pasti lebih banyak. Nah, ini sulitnya dimana penulis harus menciptakan sebuah kejutan-kejutan di dalam tulisannya. Inget Hary Potter? siapa sangka si Harry yang awalnya seolah cuman kayak babu, dikucilkan, eh ternyata anak dari pasangan penyihir yang tersohor.
2. Cari Inspirasi Sebanyak-banyaknya.
Jangan takut untuk bertanya, jangan takut dompet mengering karena abis beli novel fiksi. Kalau kita benar-benar serius, segala upaya itu enggak akan nihil. Kita harus banyak referensi dari genre novel yang sama, yang mau kita buat. Kalau gue saranin jangan yang beda genre (iya lah!). Jangan lo mau bikin novel fiksi kayak Narnia eh malah beli novel Kambing Jantannya Raditya Dika.
3. Ciptakan Pahlawan dan Penjahat yang hebat.
Gak seru kalau novel fiksi thriller penjahatnya "letoy". Di dunia ini banyak pertentangan seperti ada hitam dan putih, miskin dan kaya, pintar dan bodoh, dll. Begitu juga sebuah novel fiksi. Banyak contoh dari pertarungan tokoh jahat dan baik ini. Biasanya, penjahat bersifat iri hati, pendendam, serakah tapi jenius dan bahkan ada gabungan dari beberapanya yang bisa dibilang rada psycho, contohnya Joker, gue adalah pengagum berat Joker. Di Sherlock Holmes ada juga penjahat jenius bernama Profesor Moriarty. Tapi ingat, gak selamanya sebuah fiksi mengharuskan menciptakan Pahlawan dan Penjahat yang jenius di dalamnya. Ada juga sebuah fiksi dimana tokoh utamanya bisa dibilang juga punya sifat yang enggak begitu baik/ sempurna seperti Pinokio dan Arsene Lupin, yang berarti bahwa sifat jahat/ gak baik juga ada pada diri tokoh utama.
4. Jangan Terburu-Buru Mengakhiri Perang.
Ya, novel fiksi yang laris adalah novel fiksi yang berkelanjutan. Tetaplah menghidupkan Pahlawan dan Penjahat. Oh iya, pahlawan dan penjahat disini bukan cuman bersifat tunggal. Mereka bisa juga berkelompok. Misal di sekuel pertama beberapa anggota dari kedua kelompok tersebut mati, lalu pertarungan kelompok jahat dan baik ini dilanjutkan pada sekuel-sekuel berikutnya. Biar cerita lebih seru, muncul karakter baru untuk menggantikan karakter yang hilang di sekuel sebelumnya.
5. Buatlah Paragraf yang pendek.
Khusus pembaca remaja, rata-rata mereka suka membaca paragraf yang gak terlalu panjang. Sebaiknya paragraf tuh singkat, jelas, padat. Untuk penulis amatir kayak gue, paragraf yang pendek ini adalah langkah yang aman. Biasanya, penulis-penulis yang suka menulis dengan paragraf panjang sangat pintar bermain di pendeskripsian dengan pilihan kata yang sangat pas. Nah kalau kita belum sanggup gitu, mending bermain di paragraf-paragraf yang pendek tapi alur tetap jelas.
6. Penjelasan Karakter Yang Detail.
Nah ini yang gak kalah krusial. Kadang, penulis suka bingung cara menjelaskan karakter tokoh yang dibuatnya ke pembaca. Ada dua yang harus dijelaskan penulis, yaitu gimana bentuk fisiknya dan gimana sifatnya. Nah, ini yang kadang buat kita bingung. Untuk penjelasan ini kita gak perlu nulis semua kok, misal untuk fisik aja, kita cukup menjelaskan beberapa aja misalnya hidung mancung, mata sipit dan badan gempal. Biarkan pembaca memvisualisasikan tokoh itu sendiri. Jangan ditulis semua sampai upilnya segede apa, bentuk upilnya gimana, gak perlu! Oh iya, untuk penjelasannya, kita bisa menjelaskan bagaimana si karakter tersebut melalui paragraf dan conversation. Misalnya ada conversation gini:
"Wan, kok lo gak ikutan kita sih kemarin?"
"Ah males, mending gue di rumah, makan, tidur, berak, maen game. Ngapain ikut manjat tebing gitu, capek tau..."
Nah, di conversation seperti itu pun kita udah tau kalau si Wan itu sifatnya pemalas. Tapi inget lagi nih, di berbagai kesempatan/ ruang, kita harus ngasih visualisasi bentuk fisik dan sifatnya, jangan salah satunya aja.
7. Masukkan Bahasa atau Istilah Yang Lagi Ngetrend
Kata temen gue yang magang di salah satu penerbit konvensional, bahasa atau istilah yang lagi ngehits ini menjadi pertimbangan juga. Sering-sering bergaul, serap beberapa istilah yang sering diucapkan/ trend. Pilihan gaya bahasa "gue", "aku" atau "saya", bisa jadi sangat vital buat naskah yang lagi kita bikin. Ini langkah yang gak mudah juga soalnya disinilah biasanya ada benturan antara idealisme penulis dan penerbit.
8. Setting
Setting atau tempat ini gak perlu lagi gue perjelas panjang lebar. Tapi harus diketahui, mendeskripsikan setting ini sama pentingnya dengan mendeskripsikan tokoh. Menurut gue pribadi, mendeskripsikan setting lebih sulit daripada tokoh, apalagi kalau settingnya untuk novel fantasi kayak Narnia, The Hobbit, Harry Potter yang settingnya lebih kayak cerita dongeng/ khayalan. Kenapa lebih sulit mendeskripsikan setting? soalnya setting ini lebih luas dengan objek yang lebih bervariasi. Penulis harus dengan cerdik menempatkan objek pada sebuah setting/ tempat melalui tulisan.
9. Ciptakan Konflik Yang Dahsyat
Pahlawan dan penjahat udah ada, terus mau gimana lagi nih? ya pastinya menciptakan sebuah konflik yang melibatkan kedua tokoh tersebut. Misalnya kasus yang paling sederhana adalah si penjahat ini ternyata yang bunuh orang tua si tokoh yang baik/ pahlawan. Kemudian si Pahlawan memutuskan untuk mencari si penjahat. Nah pada saat itulah konflik-konflik mulai diselipin satu persatu. Misalnya ketika si Pahlawan ingin menghukum si Penjahat ternyata si penjahat ini menyandera pacar / kerabat dari si Pahlawan. Disaat itulah peran penulis untuk menyelesaikan konflik dibutuhkan. Susunlah tata kalimat yang pas untuk menggambarkan situasi yang sedang terjadi dan berikan kejutan-kejutan ke pembaca.
10. Tunjukkan Perilaku dan Etika Yang Benar.
Sebagai penulis, kita juga harus menanamkan nilai moral ke pembaca. Kalau penjahat salah, si penulis harus menghukumnya dengan cara bagaimana pun. Kalau pun si Penjahat gagal di tangkap, dengan maksud untuk melanjutkan ke sekuel berikutnya, setidaknya si penjahat gagal mendapatkan apa yang dia mau. Misalnya si penjahat ini mencuri berlian, entah gimana caranya, si pahlawan ini akhirnya bisa mendapatkan lagi itu berlian namun si penjahat lepas.
Nah, itu dia sedikit tips nulis sebuah karya fiksi yang gue rangkum dari berbagai sumber (linknya ada di bawah). Semoga aja bisa ngasih sedikit semangat dan inspirasi buat orang-orang yang berniat nulis fiksi fantasi/thriller ini. Gue berharap kedepannya novel fiksi fantasi/ thriller buatan orang Indonesia bisa tambah banyak dan lebih bervariasi. Soalnya kalau novel fiksi fantasi buatan luar tuh mahal euy, huehuehue...
0 komentar