Seorang mahasiswa dari Indonesia yang sedang studi di Leicester berencana pulang dan ingin membawa cendera mata dari kota tersebut. Lalu dipilihlah jersey Leicester City sebagai kenang-kenangan.
Ketika memilih kaos tim, sang penjual bertanya apakah ia ingin menambahkan label Liga Premier di jersey tersebut? Sang mahasiswa menolak, pertama karena harga label juga tidak murah, kedua, dan ini alasan terpenting, klub tersebut sedang dalam ancaman degradasi. Artinya label Liga Premier tak lagi tepat bersandang di jersey Leicester jika klub berjulukan The Foxes tersebut terdegradasi.Uraian di atas adalah gambaran Leicester tahun lalu.
Akan tetapi, setelah berhasil lolos dari zona degradasi musim lalu, kiprah Leicester City di musim ini seperti kisah dongeng yang terjadi di dunia nyata.
Klub yang tahun lalu sempat berada di dasar klasemen secara ajaib mengalahkan klub-klub besar yang berlipat ganda kekayaannya, dan muncul sebagai juara. Leicester menjadi klub berbiaya rendah pertama di era modern Liga Premier Inggris sejak 1992 yang menduduki posisi nomor satu.
Nilai skuat Leicester saat ini tak sampai 10% dari nilai skuat City yang menempati posisi keempat. Gaji pemain Leicester hanya seperempat dari gaji pemain City. Riyad Mahrez, pemain Leicester terpilih sebagai pemain terbaik Liga Inggris, mengalahkan Mezut Oezil yang bernilai komersial 100 kali lipat lebih tinggi.
Sebelumnya, pemain asal Aljazair ini ditolak berbagai akademi sepakbola Perancis dan Skotlandia karena tubuhnya rapuh dan dianggap tidak mampu bersaing. Jamie Vardy, top skorer Leicester, dulu hanya bermain di tim amatir dan bekerja paruh waktu sebagai buruh teknisi selain bermain bola.
Dengan fasilitas lebih minim, klub ini berhasil mencetak sejarah. Menjadi juara pertama kali di kasta tertinggi. Leicester butuh berkompetisi selama 48 musim. Periode penantian tersebut merupakan yang terlama dalam sejarah klub Inggris. Media mengungkap Leicester "Dari kelompok pecundang jadi barisan pahlawan."
Bagi banyak orang, kemenangan Leicester bukan sekadar mencetak sejarah, tapi juga sumber inspirasi.
Striker Sunderland Jermain Defoe mengungkap,"Cerita (Leicester) luar biasa. Tapi Anda berpikir, jika mereka dapat melakukan itu mengapa kita tidak?" kata Defoe kepada media Inggris.
Manajer Arsenal Arsene Wenger menyambut keajaiban di musim ini,“Tentu saja ini bagus untuk sepakbola Inggris, ini bagus untuk semua orang di sepakbola di seluruh dunia untuk melihat tim-tim yang tidak memiliki budget besar di awal, namun mereka bisa bersaing."
Apa yang terjadi pada Leicester kembali membuktikan bahwa setiap kita, Allah beri kemampuan mewujudkan keajaiban dalam berbagai skalanya. Memandang langit biru dan keriuhan Kinari Bazaar di India, hati saya dipenuhi syukur.
Merayapi kesibukan di hadapan mata, dari apa yang mereka sebut sebagai food street sampai gold street. Pasar yang telah berdiri sejak dulu dan menjadi tujuan belanja bagi semua orang bahkan pihak kerajaan kala itu.
Ya, raja-raja muslim di Delhi, mengunjungi pasar tua Kinari biasanya usai menunaikan sholat di masjid badshahi yang terletak di ujung Chandiny chowk, lalu lalang paling sibuk di Delhi.
Lebih dari tiga puluh tahun lalu ketika masih kecil, perjalanan keluar negeri bagi saya hanya seperti impian yang memerlukan banyak keajaiban untuk menjadikannya nyata. Mengingat kehidupan kami yang tinggal di pinggir rel kereta api sangat minim. Hiburan favorit saat itu adalah berkunjung ke rumah kerabat yang memiliki kulkas besar di mana terpajang magnet dari berbagai negara di pintunya.
Ketika beranjak remaja, saya percaya impian bisa diraih dengan belajar keras. Alhamdulillah, sejak di SD, SMP hingga SMA saya selalu juara kelas. Akan tetapi sekali lagi impian menjelajah bumi Allah yang begitu luas tetap seolah tak terjangkau.
Karena berbagai penyakit yang saya tanggung, saya terpaksa berhenti kuliah dan gagal menjadi sarjana.
Namun dalam hati kecil, saya ingin meyakini Allah SWT sudah membekali setiap orang dengan potensi untuk menciptakan 'kejutan' masing masing. Dengan menulis, kemampuan yang awalnya saya merasa tidak memiliki bakat di bidang itu, telah menjadi jalan dari Allah yang menerbangkan saya ke 60 negara dan 316 kota di dunia. Menjadi Writing Traveler.
Ternyata memang tidak butuh sim salabim untuk menciptakan sebuah kejutan atau keajaiban, karena setiap kita sejatinya sudah dibekali kemampuan untuk mewujudkan keajaiban-keajaiban kecil hingga besar.
Saat ini, kita melihat begitu banyak hal-hal luar biasa -nyaris mustahil- yang bertebaran di sekeliling, dan sering luput dari perhatian bahkan tak jarang kita abaikan.
Dulu, timnas Irak dalam keadaan perang dan keributan internal bisa menjadi juara Asia. Atau singapura, negara kecil miskin ketika berdiri, namun menjadi salah satu negara termaju dan terkaya di dunia. Bangsa Indonesia juga bisa menjadi bangsa terbesar di dunia dengan semua potensi yang ada.
Demikian juga setiap manusia, semua diberi kemampuan -seringkali tersembunyi dan menunggu ditemukan- untuk mewujudkan mimpi-mimpi dalam hidupnya. Tinggal pertanyaannya, apakah kita ingin menjadi bagian dari begitu banyak pekerja keras yang mengalahkan ketidakmungkinan
Atau sekadar termangu dan hanya menjadi saksi kejutan serta deret keajaiban yang dibuat para pejuang kehidupan.
tapi sekarang sayang mau degradasi, tapi liga champions malah masih lanjut
ReplyDelete