The Old Legend part 4
#Sepeda Pertama dan Terakhir
“Ah,
kakak ngga seru nih!” ajakannya begitu kuat. “Kau tunggu saja di luar, kakak
akan segera menyusul” pintaku, sebagai anak pertama, aku harus bisa mandiri.
Saat-saat seperti ini, main dengan Marja, aku pasti membuat sesuatu yang
berbeda dan membuat terkesan. Tapi, kali ini justru dia yang memeberi kejutan
padaku.
“Ayo
kak kita main sepedaan bareng, kakak pake sepeda yang itu!” pandanganku
langsung mengarah ke sepeda tua itu. Begitu tua, tapi masih kuat, sepertinya
ini adalah sepeda paling bagus pada zamannya, cocok denganku. Sementara Marja
juga sama. Pikiranku langsung memastikan bahwa Marja minta dibelikan sepeda
oleh ayah dan ibu dan juga membelikanku sepeda yang sesuai denganku atau bahkan
dia minta dibelikan oleh paman. Ah, maklum anak perempuan, apapun yang diminta
pasti hampir selalu dikabulkan.
Aku
begitu menikmati saat-saat ini. Marja adalah pelita bagiku bahkan di keluargaku
juga begitu. “Marja, ayo kita istirahat dulu dibawah pohon” kali ini aku
mencoba untuk mengambil keputusan lebih dulu. “Yah, kakak, sudah mau istirahat
aja, padahal lagi seru nih!” mukanya agak sedikit ditekuk, tapi aku yakin dia
juga sebenarnya sudah sedikit kelelahan juga, hampir 30 menit kami bersepeda
menaiki bukit, dan kami telah sampai di pohon puncak bukit.
“Coba
kakak tebak, aku dapat sepeda ini dari siapa?” ternyata dia dulu yang memulai
percakapan. “Pasti juga kamu dapat dari hasil meminta kamu sama ayah atau pun
ibu? Atau bahkan dengan paman?” itulah yang sudah pikirkan dari tadi dari
seorang anak manja bernama Marja. Dia hanya bersenyum tipis. Aku tak tahu lagi!
“Salah......
aku dapat dari seseorang yang baik banget” jawaban yang menimbulkan pertanyaan
dibenakku.