-->
Friday, 18 November 2016

#Kejutan di Siang Hari
           
“Korce, lagi-lagi kau harus turuti apa yang aku perintahkan oke” muka yang bersahabat itu muncul juga. Muka yang penuh dengan perasaan menganyomi layaknya seorang bapak kepada anaknya tercinta. “aku tidak marah, santai saja, asalkan ketika aku suruh, kau langsung turuti saja, contoh itu HJK, dia tanpa banyak bicara, langsung mengikuti apa yang aku suruh”. HJK nampak tersenyum melihat namanya dibandingkan dengan kakaknya.
            Korce lagi-lagi melipat mukanya, ia tak tahu harus ditaruh dimana mukanya tersebut. Sudah disindir, disudutkan, dibandingkan lagi. “ya, ya nanti aku tidak akan mengulanginya lagi”. HJK hanya tersenyum melihat Korce disudutkan oleh Luvius.
            Senyum persahabatan kembali terpancar dari muka Luvius, dia menegak beberapa tegukan minuman yang dia pesannya. Perjalanan jauh telah membuat 3 bersaudara ini kelelahan. “sebelum kita melanjutkan perjalanan, aku mau bercerita terlebih dahulu, oke, kalian pasti mau mendengarnya?”. Senyum-senyuman licik itu merupakan tawaran dari Luvius untuk kedua saudaranya. Korce masih saja terlihat
masam mendengarnya, dia hanya menatap minuman yang ia pesan, segelas jeruk dingin dengan es yang hampir memenuhi setengah gelas. Entah karena sudah merasa dipojokkan oleh Luvius, atau memang merasa tidak peduli. Raut muka yang berbeda ditunjukkan oleh HJK, ia bersemangat ingin mendengarkan cerita sang kakak. Wajah kekanak-kanakannya selalu saja membuat perjalanan berat ini terasa ringan.
            “sepertinya Korce tak mendengar ceritanya, ya sudah sekarang kita lanjutkan perjalanannya”. Kali ini senyuman licik itu pun tampak lebih licik lagi. HJK langsung mengaduh dan langsung memberikan isyarat kepada Korce untuk berpura-pura ingin mendengarkan cerita dari Luvius. Suasana bagi ketiga saudara ini nampak hening sejenak. Suara bising dari kesibukkan orang diluar yang entah melakukan pekerjaan apa atau bahkan hanya berduduk-duduk saja sambil mengobrol di atas kuda tunggangan.
            Tentu ini hanya sebuah gertakan dari Luvius untuk sikapnya Korce yang merasa tidak senang dengan keputusannya. Karena ini sesuai dengan rencananya, Korce ditegur oleh HJK agar mau merubah sikapnya yang acuh tak acuh kepada Luvius. “tapi kau, HJK, jangan ceritakan kisah ini kepada siapapun, janji?” ucap Luvius dengan menunjukkan jari kelingkingnya. HJK lantas menunjukkan juga jari kelingkingnya menandakan bahwa dia sepakat dengan perjanjian yang dibuat oleh Luvius.
            “Dulu pada suatu zaman, ada seorang pemuda yang sangat terbelakang,baik secara fisik maupun materiil, bahkan secara kejiwaan pun ia amat sangat terbelakang. Ia hanya hidup sebatang kara. Orang tuanya entah pergi kemana, mungkin karena dia malu dengan keadaan anaknya tersebut. Sementara saudara-saudaranya pun sama ceritanya, tak mau lagi direpotkan oleh pemuda yang sangat terbelakang ini. Konon nama pemuda ini adalah Astrilus”. Luvius berhenti sejenak, HJK benar-benar tertarik mendengar ceritanya dan tak sabar untuk mendengar kelanjutannya. Korce, jangan ditanya lagi, dia hanya asal dengar, agar ia tidak ditegur lagi sama HJK.
            “Walaupun begitu, Astrilus mempunyai perawakan yang sangat gagah dan juga ideal, hanya saja saat dia berjalan kelihatanlah bahwa dia memiliki kekurangan. Dalam bulan-bulan pertama dia menjadi sebatang kara, dia hampir tak pernah keluar dari rumah gubuknya. Astrilus hanya menyendiri tanpa tujuan yang pasti dan dia terus berpikir apa salah dirinya sehingga keluarganya meninggalkannya. Astrilus sempat merasakan frustasi, bahkan ia hampir saja bunuh diri dengan cara loncat dari tebing yang tinggi saat dia sedang berjalan-jalan di bukit. Untungnya ada orang yang menyelamatkan dia. Ditanyalah Astrilus ini oleh orang yang menolongnya, ‘kau masih muda, dan kau masih bisa meraih segalanya, tapi kenapa kau hendak mengakhiri hidupmu yang indah ini?’. Astrilus menjawab ‘indah katamu? Aku bahkan tak memiliki keluarga di dunia ini, dan ini yang kau sebut sebagai hidup yang indah?’. Lantas orang yang menolongnya, konon bernama Kreta, bertanya lagi ‘lalu apa dengan cara loncat dari tebing ini masalahmu akan langsung selesai?’. Astrilus berpikir sejenak, dia hanya menjawab ‘mungkin saja bisa, karena dengan itu, berarti aku tidak akan lagi menjalani hidup yang berat ini’. Kreta hanya tersenyum mendengar jawaban dari Astrilus. ‘bagaimana kalau sekarang kau menjadi bagian dalam keluargaku? Aku pikir usiamu tak beda jauh dengan usiaku, jadi anggap saja keluargaku adalah keluargamu dan aku adalah saudaramu?’. Tambah bingunglah hati Astrilus, ‘tapi bukannya kau baru tahu aku tadi, dan kau mau langsung menganggapku sebagai keluargamu, apa kau tak salah?’. ‘Hei kawan, kau juga jangan terlalu percaya diri juga, aku hanya menawarkan maukah kamu menganggap kelaurgaku sebagai keluargamu, itu saja bukannya aku yang mau menganggapmu sebagai keluargaku’. Astrilus hanya tersenyum mendengar itu, ia pikir Kreta hanya bercanda saja. Hati Astrilus tak bisa dibendung lagi kegembiraannya, ia kini memiliki keluarga yang mau menerimanya. Walaupun begitu, Astrilus tetaplah Astrilus yang memiliki segala kekurangan. Di keluarga Kreta, ia justru dimanfaatkan, tapi Astrilus tak merasa bahwa ia dimanfaatkan, ia hanya merasa senang bahwa ia kini memiliki keluarga. Keluarga Kreta dan Kreta sendiri sebenarnya adalah penjahat terkenal didaerah Trabzzor. Ia amat ditakuti bahkan diseluruh kawasan Barat Daya….”.
            “Nak, tadi cerita yang kau ceritakan itu kisah dari Astrilus dan Kreta kan?”. Tiba-tiba orang yang duduk disebelah meja Luvius menyambar dengan pertanyaan. “itukah kisah dari Astrilus dan Kreta?” temannya yang disebelahnya juga ikut menyambung pembicaraan. Nada yang dikeluarkan orang kedua begitu tajam dan sedikit licik bahkan terkesan meremehkan. Berdirilah kedua orang tersebut dan langsung menatap tajam Luvius, Korce, dan HJK. Mereka seperti mengambil ancang-ancang sebelum melakukan pembicaraan lebih lanjut. HJK panik bukan kepalang, ia hanya bisa menatap datar bawah meja. Ia bahkan lebih panik daripada ketika ia dikejar oleh binatang buas. Orang-orang sekitar seperti tak acuh dengan apa yang terjadi pada nasib ketiga bersaudara ini. Belum mengeluarkan perkataan apapun, orang yang pertama kali menyelak, meraih baju Luvius dan memaksanya untuk berdiri. Tatapan tajam terus menyoroti mata Luvius. Dalam hati, Luvius menyumpahi dirinya sendiri. Sementara Korce, sudah pasti dia juga menyumpahi Luvius yang berani-beraninya menceritakan cerita tersebut.
            Dengan ucapan yang sedikit gagap, Luvius mencoba bertanya atau lebih tepatnya lagi berpura-pura tidak tahu. “Maaf, ini ada apa ya? Kenapa anda merasa sedikit marah mendengar kisah dari Astrilus dan Kreta? Apa saya ada kesalahan dalam menceritakan?”. “Kamu ini jangan pura-pura tidak tahu ya!”. Sebuah pukulan sudah mendarat diperut Luvius. Ingin rasanya membalas pukulan tersebut, dicobalah pukulan balasan yang kali ini bersasar di bagian dada kanan. Orang yang pertama mencoba membenarkan posisi pegangannya dileher Luvius, sementara orang yang kedua mencoba membuat Korce dan HJK tak dapat lari kemana-mana. Suasana tampak tegang.
Tak seorang pun yang peduli dengan kejadian ini. “Sepertinya anak-anak kurang ajar ini harus diberi pelajaran!” tandas orang yang kedua. Tak lama setelah itu orang yang pertama kembali memukul Luvius yang kali ini membuat Luvius tak sadarkan diri. Sedikit jeritan histeris dari HJK mewarnai kejadian itu. Korce yang kali ini bertindak. Ia tahu bahwa Luvius sering membuat dia kesal dan hampir tak pernah gembira. Tapi, kalau Luvius telah dicelakai oleh orang lain maka dia akan turun tangan. HJK sepertinya juga paham dengan rencana yang telah disusun oleh Korce lewat kedipan matanya. HJK lantas menggigit keras-keras tangan orang kedua. Kesempatan itu langsung diambil alih oleh Korce untuk memukul orang pertama. Pukulan yang tepat. Korce mampu mengenai bagian dagu orang pertama. Orang pertama sedikit tak tahan dengan pukulan telak tersebut. Tak mampu menggigit lebih lama lagi, HJK ternyata sekarang sudah terpojok oleh tekanan dari orang kedua.

Dikelurkanlah sapu tangan berwarna warni tapi terkesan elegan untuk menutup mulut HJK. Rupanya sapu tangan tersebut membuat HJK perlahan tak sadarkan diri dan tak beberapa lama sudah ada di alam bahwa sadar. Tinggalah Korce seorang diri. Orang pertama melepaskan Luvius di atas meja begitu saja dan orang kedua menaruh HJK diatas kursi. Kedua orang ini sudah siap untuk menghabisi Korce yang seorang diri. Hanya dalam hitungan sepersekian detik dua pukulan telak telah mendarat di badan Korce yang membuat dia kesakitan. Sapu tangan yang tadi digunakan untuk menghabisi HJK, kini sudah berpindah untuk menghabisi Korce. 
Al-Qalam Creative Media
Ditulis Oleh Al-Qalam Creative Media

Aenean quis feugiat elit. Quisque ultricies sollicitudin ante ut venenatis. Nulla dapibus placerat faucibus. Aenean quis leo non neque ultrices scelerisque. Nullam nec vulputate velit. Etiam fermentum turpis at magna tristique interdum.

0 komentar