-->
Wednesday, 20 April 2016

Dalil Tentang Besarnya Hak Ibu Terhadap Anak
Pada kesempatan kali ini akan sedikit diulas berkenaan dengan “Dalil Tentang Besarnya Hak Ibu Terhadap Anak“. Mungkin pernah atau sering kali kita menuntut hak kita kepada kedua orang tua, entah itu berkenaan dengan kebutuhan pendidikan atau pun hal lain yang pastinya akan menyulitkan mereka, lantas bagaimana hak orang tua terutama ibu yang harus kita penuhi sebagai seorang anak?
Berikut pembahasannya:
Hak Ibu Atas Anak-nya
Dalam atsar yang diriwayatkan oleh Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, dari Sa’id bin Abi Burdah, “Aku mendengar bapakku bercerita bahwa dia mendngar jawaban Ibnu Umar terhadap pertanyaan seroang laki-laki yang breasal dari negara Yaman, yang tengah melakukan thawaf di Ka’bah dengan menggendong ibunya, sembari mendendangkan sebuah syair yang berbunyi, “Sesungguhnya aku adalah hewan tunggangan ibuku yang setiap yang tidak akan pernah merasa takut ketika penunggangannya selalu bergoyang-goyang.
Setelah itu dia bertanya kepada Ibnu Umar, “Wahai Ibnu Umar, apakah perbuatanku ini dapat membalas jasanya kepada ku?”. Ibnu Umar menjawab, “Tidak, perbuatanmu ini sama sekali belum sebanding dengan jasanya kepadamu.”
Berkaitan dengan permasalahan ini, penafsiran Imam Qurtubi rahimahullah terhadap firman Allah Ta’ala yang berbunyi,
“… dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu.” (al-Israa’: 23)
Ayat ini khusus membicarakan kondisi orang tua yang telah berusia lanjut. Orang tua yang berada dalam kondisi usia ini membutuhkan pelayanan anak. Karena dalam fase usia ini, kondisi fisik meeka telah menjadi lemah. Maka, dalam kondisi ini, kebutuhan mereka terhadap perawatan anak semakin besar.
Kedua orang tua yang telah berada dalam fase usia lanjut sangat bergantung kepada anaknya. Sehingga, mereka selalu membutuhkan perhatian anak sebagaimana keduanya juga selalu memperhatikan si anak ketika dia masih kecil. Oleh karena itu, ayat Al-Quran ini sengaja menyebutkan secara khusus tuntutan berbakti kepada orang tua yang telah lanjut usia.
Di samping itu, kelelahan anak dalam melayani orang tuanya terkadang membuat si anak merasa bosan dan kesal. Sehingga, ditampakkannya rasa kesalnya kepada kedua orang tuanya, dengan mengungkapkan kata-kata yang menyakiti hati kedua orang tuanya. Sedangkan, Allah Ta’ala telah melarang seorang anak untuk menampakkan kepada kedua orang tuanya embusannapas rasa kekesalannya, sekalibus memerintahkan seorang anak untuk berbicara dengan penuh rasa penghormatan kepada kedua orang tuanya dalam firman-Nya yang berbunyi,
“….maka sekali-kali jangnalah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlahkamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (al-Israa’: 23)
Penafsiran Imam al-Qurtubi terhadap firman Allah Ta’ala ini adalah, maksud firman-Nya yang berbunyi, “Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan” ‘ah’,” adalah jangan sampai kamu ucapkan kata-kata yang menunjukkan kejengkelanmu terhadap orang tuamu.
Abu Rajaa’ al-Uthaaridi mengakatan bahwa arti kata “ah” adalah sebuah perkataan keji yang tersembunyi. Sedangkan, Mujahid mengatakan bahwa maksud ayat al-Quran ini adalah jangna sampai kamu mengucapkan kata “ah” ketika kamu menyaksikan tinja dan air seni kedua orang tuamu yang telah berusia lanjut. Padahal, kedua orang tuamu juga bis menyaksikan kotoran tinja dan air senimu ketika kamu masih kecil.
Maksud yang tersimpan di dalam ayat al-Quran ini lebih umum dari pendapat Mujahid ini.
Imam al-Qurtubi juga mengakatan bahwa maksud firman Allah Ta’ala yang berbunyi, “Dan janganlah kamu membentak mereka,” adalah berkata dengan saura yang keras kepada keduanya. Lalu maksud firman-Nya yang berbunyi, Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia,” adalah berbicara secara lembut dan sopan kepada mereka. Misalnya, memanggil mereka dengan perkataan, “Wahai bapakku, wahai bapakku, wahai ibuku,” bukan memanggil mereka dengan nama mereka atau gelar mereka.
Athaa meriwayatkan bahwa Ibnul Baddaah Attujiibi berkata, “aku berkata kepada Sa’id ibnul Musayyab bahwa semua ayat tentang berbakti yang ada dalam Al-Quran telah aku pahami, kecuali firman Allah Ta’ala yang berbunyi, ‘Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.’ Sebenarnya apakah yang dimaksud dengan firman Allah Ta’ala ini?”
Maka Ibnul Musayyab menjawab, “Maksudnya, ketika berbicara kepada keduanya berbicaralah seprti cara berbicara seorang budak yang bersalah kepada tuanya yang keras dan galak.”
i love u ibu
Setelah Allah Ta’ala melarang manusia agar tidak mengucapkan kata-kata yang buruk dan melakukan perbuatan yang buruk terhadap kedua orang tuanya, lalu dia memerintahkan manusia untuk mengucapkan kata-kata yang baik dan melakukan perbuatan yang baik kepada kedua orang tuanya. Ini terwujud dalam firman-Nya yang berbunyi, “Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia,” maksudnya adalah berbicaralah kepada keduanya dengan cara yang lembut baik, baik, sopan, penuh rasa hormat, dan santun.
Maksud firman-Nya yang berbunyi, “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh rendah hati kepada keduanya. Maksud firman-Nya yang berbunyi, “Dan ucapkalah, ‘Wahai Tuhaku, kasihilah mereka keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil,’” adalah kasihilah keduanya ketiak mereka telah berusia lanjut dan saat mereka telah meninggal dunia.
Tagged
Al-Qalam Creative Media
Ditulis Oleh Al-Qalam Creative Media

Aenean quis feugiat elit. Quisque ultricies sollicitudin ante ut venenatis. Nulla dapibus placerat faucibus. Aenean quis leo non neque ultrices scelerisque. Nullam nec vulputate velit. Etiam fermentum turpis at magna tristique interdum.

0 komentar