-->
Tuesday 12 December 2023

 

PENDAHULUAN

            Pada awal Maret 2020 dunia dikejutkan dengan wabah pandemic yakni Covid-19. Hingga Maret 2020 WHO menetapkan status coovid-19 naik menjadi kategori pandemic dengan skala penyebaran yang sangat luas yakni mencakup hampir seluruh dunia.[1] Di Indonesia kasus yang ter Konfirmasi Covid-19 terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Per 3 Oktober 2021 Kemenkes menyatakan 4.219.284 penduduk Indonesia terkonfirmasi covid-19.[2]

            Dari banyaknya masyarakat yang terpapar virus covid-19 pemerintah menciptakan sebuah regulasi baru. Bukan tanpa alasan berbagai kebijakan dibuat selain untuk menekan penyebaran virus Covid-19. Salah satu bentuk regulasi dari pemerintah seperti halnya sektor ekonomi yang membatasi para pelaku usaha dalam perdagangan bebas baik itu Indonesia melakukan Eksport atau pun Import, sektor ekonomi lainnya  yaitu diberlakukannya undang undang yang menetapkan jam buka pada sektor UMKM, sektor pariwisata baik yang berhubungan dengan keindahan alam ataupun keindahan hewan mematuhi kebijakan dari pemerintah yaitu dengan menutup sementara, dan salah saktu sektor yang sangat di rasakan bagi anak anak, remaja, bahkan orang tua yaitu sektor pendidikan yang mana ditetapkannya sistem Daring.

            Dengan diterapkannya sistem daring rupanya tak berjalan efektif. Ketidak efektifan yang ada tidak selaras dengan tujuan dari terus dilakukannya perkembangan teknologi yaitu menciptakan keefektifan dan keefiseensian. Berbagai problem pembelajaran jarak jauh atau daring yaitu, lemahnya signal, kouta terbatas, gagap teknologi, tidak memiliki device, tugas menumpuk, serta kemandirian belajar siswa di rumah tidak sepenuhnya berjalan dengan baik. Padahal masalah pendidikan yang sebelum adanya wabah covid-19 sudah runyam, dan kini harus dibuat lebih runyam. Sehingga masalah pendidikan dalam menciptakan SDGS’30 harus terganggu dengan memprioritaskan menyelesaikan sistem Daring ditengah pandemic covid-19.

ISI

Pendidikan adalah suatu hal yang penting, begitu pentingnya hingga negara turut serta mengatur dalam UUD 1945 pasal 31 dan pasal 6 ayat (1) yang berbunyi “Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar”[3] Dengan diwajibkannya sistem belajar 9 tahun rupanya masih tinggi angka putus sekolah. Seperti data yang di keluarkan oleh BPS yang mengataka pada tingkat dasar pada tahun 2019/2020 menyentuh angka hingga 59.443[4] sedangkan untuk tingkat SMP pada tahun 2019/2020 sebanyak 38, 464.[5] Banyaknya tingkat putus sekolah tentu terjadi oleh beberapa faktor yang melatarbelakanginya. Jika dilihat berdasarkan historis pendidikan Indonesia yang menyatakan bahwa kondisi geografis Indonesia tidak merata membuat setiap siswa memiliki tantangan sendiri di setiap pulau yang berdampak kepada kualitas antar pulau turut berbeda. Selain itu, adanya penerapan sistem hafalan dari pada pemahaman yang sekarang ini masih mandarah daging di kalangan siswa. Selain dituntut menyelesaikan permasalahan yang sudah lampau kini Indonesia di hadapkan pada masalah pendidikan daring.  

            Pendidikan daring adalah pendidikan jarak jauh yang memanfaatkan perkembangan teknologi. Namun dalam sistem daring ini untuk menciptakan keefektifan tampaknya sedikit sulit terlebih untuk siswa yang masih menduduki sekolah dasar, sekolah menengah pertama hingga sekolah menengah atas. Dipilihnya siswa dalam probelmatika pendidikan daring lantaran banyak masalah yang menyerang siswa dalam penyesuaian dari luring ke daring. Seperti pada tingkat pendidikan dasar dalam penggunaan teknologi, pembelajaran yang memerlukan pemahaman ekstra seperti mata pelajaran matematika. Hal ini yang nantinya melibatkan orang tua yang semestinya setelah lelah bekerja dan kembali ke rumah untuk istirahat harus mengajarkan pelajaran yang tingkat kesulitannya sudah berbeda. Selain itu, pada tingkat menegah pertama dan atas harus menyesuaikan terhadap tugas yang banyak terlebih saat di beri tugas yang mengharuskan mengunduh aplikasi dengan device yang seadanya, menjadikan device milik orang tua turut serta dalam mengunduh aplikasi tertentu. Jika di analisis lebih mendalam sebenarnya antar tingkatan sekolah bisa saling toleransi untuk mencapai tujuan masing masing. Oleh karena itu penulis mengusung gagasan GaBe (Gang Belajar) Sebagai Bentuk Toleransi Antar Siswa Dalam Sistem Belajar Daring.

            GaBe ‘Gang Belajar’ adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan sistem belajar daring. GaBe adalah salah satu program belajar bersama, baik dari tingkat sekolah dasar hingga menengah atas untuk saling toleransi dalam mencapai tujuan satu sama lain. Hal yang menjadi fokus utama yaitu peran aktif siswa pada tingkat menegah atas yang memiliki rasa peduli yang tinggi, rasa memiliki, dan saling memiliki tangungjawab untuk mendukung adik tingkatnya dalam pemahaman dan penyelesaian pekerjaan rumah yang masih di bingungkan. Hal ini dilakukan dengan cara mengajarkan adik adiknya ditengah kesibukan dari banyaknya tugas yang menumpuk.

            Teknis pelaksanaan GaBe yaitu seluruh tingkatan siswa pada lingkup gang atau jalan kecil dikumpulkan dalam satu tempat terbuka di daerah gang itu saja untuk duduk bersama, namun harus tetap memakai masker dan berjaga jarak. Dalam proses berkumpul sudah dikelompokan perkelas, jika memiliki kelas yang sama maka mereka akan belajar bersma sama, dari sini masalah kuota yang dikeluarkan oleh orang tua dapat di pangkas. Dan jika diberi pekerjaan rumah maka dapat meminta tolong pada siswa menengah atas untuk mengajarinya di depan yang berperan sebagi guru. Selain itu bagi siswa menangah atas atau pertama masih menggunakan hal yang sama namun dalam hal menengah atas dan pertama bisa saling bertukar dalam hal device dalam mengunduh aplikasi tertentu yang saling menunjang tugas sekolah. program ini dapat dilakukan seminggu 2 atau bahkan 3 kali secara rutin.

            Program GaBe ‘Gang Belajar’ memiliki banyak manfaat. Salah satunya menumbuhkan rasa peduli antar tingkat siswa dan antar siswa dalam menyelesaikan persoalan bersama sama, saling mengakrabkan diri serta menumbuhkan rasa tangungjawab bahwasannya mencerdaskan anak bangsa bukan hanya tugas dari pemerintah. Sebagai generasi milenial (SMA) juga dapat berperan aktif dalam mencerdaskan kehidupan bangsa yaitu dengan berpartisipasi dalam gerakan GaBe ini. Selain berdampak pada siswa program GaBe ini juga turut serta berdampak kepada orang tua yaitu merasa terbantu dari segi kemampuan akan pembelajaran yang semakin sulit, gagap teknologi, serta pengeluaran dalam membeli kuota.

            Program GaBe yang dapat berjalan degan lancar dan bekesinambungan tentu memerlukan dukungan dari berbagi pihak. Salah satunya kesediaan para orang tua untuk menyediakan tempat belajar yang nyaman, serta menyediakan proyektor, leptop dan papan tulis untuk mendukung sarana belajar GaBe. Berbagai peralatan yang di butuhkan memang cukup banyak namun akan tidak terasa saat di kerjakan secara bersama sama dengan orang tua lainnya dan saat melihat anak anak paham akan materi yang disampiakan oleh bu Guru dan mendapatkan tutor secara gratis dari siwa menengah atas untuk menambah pemahaman yang lebih lagi. Selain dukungan dari orang tua perlu adanya dukungan dari siswa menegah atas untuk turut serta berpartisipasi.

PENUTUP

            Program GaBe ‘Gang Belajar’ memiliki banyak manfaat serta memiliki potensial untuk diimplementasikan dalam rangka saling toleransi dalam mewujudkan tujuan secara bersama sama. Dengan sistem kerja sama inilah yang dapat mempercepat siswa dalam belajar serta menciptakan rasa memiliki yang tinggi. Selain itu, adanya dukungan dari para orang tua untuk menyediakan sarana dan prasaran yang di butuhkan. Serta siswa tingkat menegah atas untuk turut bersedia meluangkan waktu padatnya untuk membantu anak anak tingkat dasar yang mengalami kesulitan dalam pemahaman. Apabila masalah daring di atasi dengan GaBe ‘Gang Belajar’ makan niscaya tidak ada masalah kuota terbatas, pembelajaran di rumah sendiri yang tidak efektif, serta permasalahan daring lainnya.  

 

 

           

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Kompas, https://www.kompas.com/sains/read/2020/03/12/083129823/who-resmi-sebut-virus-corona-covid-19-sebagai-pandemi-global?page=all diakses pada 8 Oktober 2021, pukul 20.36

INFEKSIEMERGING, https://infeksiemerging.kemkes.go.id/situasi-infeksi-emerging/situasi-terkini-perkembangan-coronavirus-disease-covid-19-4-oktober-2021 diakses pada 8 Oktober 2021, Pukul 20.52

UUD 1945 pasal 31 dan pasal 6 ayat (1)

Kemendikbud, http://statistik.data.kemdikbud.go.id/index.php/page/sd diakses pada 11 Oktober 20.05

Kemendikbud, http://statistik.data.kemdikbud.go.id/index.php/page/smp diakses pada 11 Oktober 20.10

Tagged
Al-Qalam Creative Media
Ditulis Oleh Al-Qalam Creative Media

Aenean quis feugiat elit. Quisque ultricies sollicitudin ante ut venenatis. Nulla dapibus placerat faucibus. Aenean quis leo non neque ultrices scelerisque. Nullam nec vulputate velit. Etiam fermentum turpis at magna tristique interdum.

0 komentar