Pembelajaran jarak jauh (PJJ) adalah istilah baru dalam bidang pendidikan. PJJ ini
diterapkan karena adanya pandemi covid-19 yang menyebar di semua negara, khususnya
di Indonesia. PJJ ini menimbulkan sikap pro kontra masyarakat di Indonesia.
Namun, Pembelajaran jarak jauh merupakan kebijakan agar pembelajaran tetap berlangsung.
Pembelajaran jarak jauh ini mengacu pada surat edaran Kemendikbud No. 40 tahun
2020, tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat.[1]
Pembelajaran jarak jauh memberikan
kemudahan dalam proses pembelajaran. Namun, tidak dipungkiri pembelajaran jarak
jauh ini memberikan dampak negatif terhadap manajemen pendidikan dari tingkat
terendah sampai tingkat tinggi atau dapat dikatakan dari tingkat pendidikan pra
sekolah sampai tingkat pendidikan tinggi (universitas). Semua jenjang
pendidikan merasa terbebani adanya pembelajaran jarak jauh.
Penerapan Pembelajaran jarak jauh memiliki
banyak problematika manajemen. Mulai
dari manajemen input, manajemen proses, dan manajemen output. Yang sangat
menjadi perhatian adalah dari segi manajemen proses pendidikan yaitu perencanaan
pembelajaran, proses pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan lainnya. Mulai
dari perencanaan pembelajaran, perencanaan menjadi kurang efektif karena
pembelajaran tidak dilakukan dengan tatap muka secara langung. Perencanaan
pembelajaran jarak jauh yang kurang matang dan kurang kreatifnya guru dalam
membawakan atau menerangkan materi pelajaran mengakibatkan proses pembelajaran
menjadi kurang diterima dengan baik oleh anak atau dapat dikatakan siswa cepat merasa
bosan dan jenuh melihat layar hp atau laptop yang kurang menarik perhatiannya.
Di sinilah peran guru dalam perencanaan pembelajaran yang harus dianalisis
terlebih dahulu sebelum proses pembelajaran agar pembelajaran tidak membosankan
dan lebih efektif serta efisien.
Dari segi proses pembelajaran jarak jauh,
problematika yang biasannya terjadi adalah terkendala sinyal yang kurang stabil
dan siswa tidak memiliki kuota internet yang cukup untuk menunjang proses
pembelajaran dari awal hingga akhir. Selain
itu, setiap anak didik belum tentu mempunyai smartphone untuk belajar
dari rumah. Ditegaskan oleh KPAI bahwa siswa merasa terbebani dengan tugas dan
orang tua mengeluhkan akses kuota internet yang mahal selama pembelajaran jarak
jauh (PJJ). KPAI mengungkapkan bahwa dalam seminggu pihaknya menerima 250 aduan
pembelajaran jarak jauh. Untuk mengetahui lebih lanjut, KPAI juga melakukan
survei kepada 1.700 siswa dan 62 guru terkait metode pembelajaran jarak jauh. Sebanyak
76,6 persen pernah menggunakan platform
gratis yang disiapkan seperti Ruang guru, rumah belajar miliki Kemendikbud.[2]
Berdasarkan data KPAI sangat terlihat
bahwa pembelajaran jarak jauh menyebabkan dampak negatif bagi siswa (peserta
didik) dan pendidik. Namun, antusias atau semangatnya siswa dalam belajar
menjadi perhatian masyarakat. Seperti yang pernah disiarkan di berita televisi
yaitu ada siswa yang tinggal di pedesaan yang menyebabkan sinyal internet yang
kurang bersahabat dengannya. Siswa kesulitan mengakses materi pelajaran yang
dikirim oleh gurunya. Siswa yang tinggal di pedesaaan ini harus mencari tempat
sinyal internet yang stabil. Bahkan, ia rela memanjat pohon untuk mencari
sinyal internet yang stabil dan ada juga yang rela belajar di tepi jalan raya agar
tidak ketinggalan penjelasan materi dari gurunya. Inilah yang harus menjadi
perhatian pemerintah untuk menunjang proses pembelajaran jarak jauh.
Media pembelajaran yang digunakan tidak
menarik atensi siswa untuk belajar di rumah. Sehingga siswa merasa tidak
semangat dalam belajar. Belajarnya menjadi terabaikan, walaupun setiap hari
diberikan tugas oleh gurunya. Sebagian dari siswa beranggapan bahwa tugas
tersebut membebaninya karena tugas yang diberikan banyak dan diberikan waktu
yang singkat dalam mengerjakan. Sebenarnya, guru berkeinginan agar siswa di
rumah tetap belajar dengan bukti mengerjakan tugas. Selain itu, ada guru yang
tidak ontime atau tidak tepat waktu saat waktunya kegiatan belajar
mengajar sehingga anak didik merasa bosan karena menunggu cukup lama. Hal
inilah yang menjadi permasalahan dalam proes pembelajaran.
Proses pembelajaran yang menarik perhatian
siswa dan kejelasan guru dalam menyampaikan materi pelajaran dapat membantu
siswa lebih suka belajar. Misalnya dengan video media pembelajaran yang
menyajikan konsep materi pelajaran yang dikemas dengan menarik. Dikemas dengan
menarik misalnya disajikan dengan iringan lagu dan animasi yang menarik perhatian
siswa. Selain itu, semangat guru dalam proses pembelajaran menjadikan siswa
tidak merasa malas karena gurunya semangat dalam mengajar.
Dalam proses pembelajaran tidak melulu
membahas materi pelajaran. Alangkah baiknya diselingi dengan ice breaking
dari gurunya seperti menebak gambar, menebak kata, menebak gerakan, dan masih
banyak yang lain. Jika ada yang menebak atau menjawab dengan benar maka guru
memberikan poin keaktifan untuk anak didik tersebut. Dengan ini proses
pembelajaran menjadi lebih hidup dan tidak terkesan kaku. Selain itu, di akhir
pembelajaran atau di awal pembelajaran ditayangkan video motivasi agar anak
didik memiliki motivasi sebelum belajar atau setelah belajar untuk lebih
semangat dalam belajar.
Dalam evaluasi kegiatan pembelajaran di
sekolah sangat penting. Hal ini dikarenakan untuk mengetahui kendala apa saja
yang menghambat proses pembelajaran, apakah metode mengajar yang diterapkan
sudah tepat, apakah anak didik paham terkait materi pelajaran, apakah anak
didik senang saat proses pembelajaran, apakah anak didik memiliki semangat
dalam belajar, dan masih banyak yang lainnnya. Pertanyaan ini dapat dijawab
saat guru menganalisis permasalahan apa saja yang terjadi saat proses
pembelajaran jarak jauh. Disinilah peran
penting guru dalam mengevaluasi kegiatan pembelajaran menjadi lebih baik. Dalam
menganalisis permasalahan dapat dilihat dari proses pembelajaran berlangsung,
tugas-tugas yang diberikan oleh guru, keaktifan anak didik saat proses
pembelajaran.
Akhir Kata
Pembelajaran jarak jauh sering disebut dengan
pembelajaran darurat. Penerapan PJJ
memberikan problematika manajemen pendidikan di Indoneisa. Dari segi
perencanaan, proses dan evaluasi pembelajaran. Banyak siswa merasa bosan dan
jenuh karena pembelajaran selalu terpaku dengan handphone, tidak ada komunikasi
secara langsung dengan gurunya. Kebosanan ini dapat mengakibatkan turunnya
belajar anak didik. Sehingga dibutuhkan adanya inovasi media terbaru dan
strategi baru guru dalam proses pembelajaran agar pembelajaran menjadi lebih
menyenangkan. Guru dapat menambahkan ice breaking di sela-sela penyampaian
materi sehingga pembelajaran tidak terkesan kaku. Selain itu, guru juga dapat
menayangakan video motivasi di awal pembelajaran atau setelah pembelajaran agar
anak didik memiliki motivasi lebih untuk belajar di rumah.
Adanya solusi dari pemerintah untuk
memperlancar proses pembelajaran jarak
jauh sudah dilaksanakan, salah satunya yaitu pemerintah bekerjasama dengan
Kominfo dan provider layanan telekomunikasi. Dengan bantuan ini anak didik dan
pendidik dapat mengakses konten belajar, kelas belajar, Ruang Guru, Quippper
School, Zenius, dan lainnya yang berfungsi untuk menunjang pendidikan. Sebagai
bentuk dukungan pemerintah, pemerintah mendorong prioritas rumah belajar dengan
bekerja sama dengan Lembaga Penyiaran Publik (LPP) TVRI dan RRI aga sistem
pembelajaran dapat dimanfaatkan saat jaringan internet tidak stabil.[3] Bantuan
kouta internet gratis dari pemerintah disambut respon positif dari masyarakat.
Dengan ini anak terbantu dalam biaya
data internet untuk proses pembelajaran jarak jauh.
Semoga dengan adanya pembelajaran jarak jauh
ini memberikan titik acuan ke depan terhadap pendidikan di Indonesia, terutama
pemerintah pusat, kementrian, dan masyarakat bersatu bersinergi untuk meningkatkan
pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik.
Daftar Pustaka
Afip Mifathul Basar. “Problematika Pembelajaran Jarak Jauh Pada Masa
Pandemi Covid-19 (Studi Kasus di SMPIT Nurul Fajri-Cikarang Barat- Bekasi)”.
Edunesi: Jurnal Ilmiah Pendidikan. Vol. 2 No. 1 Januari 2021. hal.208-215.
Devira
Prastiwi. “6 tanggapan KPAI terkait
Pembelajaran Online Siswa Saat Pandemi Covid-19”. (Liputan6, 26 Juni
2020). Diakses pada 25 Oktober 2021
Abdul Rozak
Fakhrudin. “Permasalahan dan solusi pembelajaran Jarak Jauh di Masa Pandemi
Covid-19”, Samarinda Pos, 29 November 2020
[1] Abdul Rozak
Fakhrudin, “Permasalahan dan solusi pembelajaran Jarak Jauh di Masa Pandemi
Covid-19”, Samarinda Pos, 29 November 2020
[2] Devira Prastiwi,
“6 tanggapan KPAI terkait Pembelajaran Online Siswa Saat Pandemi Covid-19”,
(Liputan6, 26 Juni 2020). Diakses pada
25 Oktober 2021
[3] Afip Mifathul
Basar, “Problematika Pembelajaran Jarak Jauh Pada Masa Pandemi Covid-19 (Studi
Kasus di SMPIT Nurul Fajri-Cikarang Barat- Bekasi)”, Edunesi: Jurnal Ilmiah Pendidikan, Vol, 2 No,
1 Januari 2021, hal.215.
0 komentar